Pemerintah China baru saja meluncurkan parade stimulus ekonomi yang dipastikan akan berdampak pada pergerakan pasar saham di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Stimulus fiskal tersebut diharapkan dapat memberikan dorongan bagi pemulihan ekonomi yang tertekan akibat berbagai tantangan global dan domestik.
Deretan Stimulus Fiskal dari China
Dalam upaya untuk merangsang ekonomi yang melambat, pemerintah China mengumumkan sejumlah langkah, di antaranya:
- Pertama, program pertukaran utang skala besar dengan kuota obligasi berkelanjutan. Ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan utang yang telah menumpuk.
- Kedua, penggunaan obligasi pemerintah daerah untuk mendukung pasar properti serta rekapitalisasi bank-bank besar milik negara.
- Ketiga, pemerintah daerah diberikan izin untuk menggunakan obligasi khusus dalam membeli tanah yang tidak terpakai.
Stimulus jor-joran ini menciptakan harapan baru di kalangan pelaku pasar, meskipun di sisi lain, hal ini memberi tekanan pada pasar saham Indonesia.
IHSG Tertinggal dibanding Indeks Regional
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga Jumat (11/10), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah menguat sebanyak 2,41% secara year to date (ytd). Namun, ini menjadikan IHSG sebagai indeks terburuk di kawasan Asia Tenggara, bahkan hanya lebih baik dari indeks Korea Selatan, Kospi, yang merosot hingga 2,20%.
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment di Pilarmas Investindo Sekuritas, berpendapat bahwa stimulus dari China membuat pergerakan IHSG tampak tertinggal. "Valuasi pasar saham China menjadi lebih atraktif karena tertekan di awal tahun, sementara pasar Indonesia sudah mengalami kenaikan cukup tinggi yang membuatnya tidak menarik lagi bagi investor," jelasnya.
Dampak keluar dana investor asing
Selama tahun ini, meskipun investor asing masih mencatatkan net buy sebesar Rp 43,40 triliun, dalam sepekan terakhir mereka membukukan net sell mencapai Rp 4,99 triliun di seluruh pasar. Cheril Tanuwijaya, Head of Research di Mega Capital Sekuritas, mengaitkan fenomena ini dengan minimnya sentimen positif di Indonesia yang dapat menandingi stimulus dari China.
Proyeksi IHSG di Tengah Gempuran Sentimen China
Meskipun menghadapi tantangan, M. Faiz Abrar dari Kiwoom Sekuritas optimis bahwa IHSG masih dapat bergerak positif hingga akhir tahun 2024. Ia menilai bahwa IHSG sedang berusaha untuk melanjutkan tren positifnya. "Jika IHSG membentuk pola higher low, target level 7.800 bisa tercapai di akhir tahun ini," katanya dengan percaya diri.
Beberapa sektor yang diprediksi akan outperform di sisa tahun ini antara lain sektor kesehatan, utilitas, serta consumer staples. Diikuti oleh sektor industri dan real estate. Nico menambahkan, secara teknikal, IHSG berada dalam fase konsolidasi yang kuat di level 7.455 hingga 7.600, dan berharap dapat mencapai level 7.920 hingga 8.080 hingga akhir 2024.
Peluang Window Dressing dan Dampaknya
Sentimen window dressing di akhir tahun juga diperkirakan akan menjadi pendorong penguatan IHSG. Mega Capital Sekuritas menargetkan IHSG bisa melaju hingga level 8.000 di akhir tahun 2024. Cheril menjelaskan, pergerakan IHSG dalam waktu dekat akan ditopang oleh saham big banks, properti, dan sektor energi. "Kita berharap IHSG bisa kembali rally setelah pelantikan pemerintah baru, terutama jika terdapat stimulus dari pemerintah baru yang bisa memacu konsumsi dalam negeri," ujarnya.
Keterkaitan Pasar Global
Yang perlu dicermati adalah keterkaitan antara faktor ekonomi global dan perkembangan pasar domestik. Dengan stimulus besar yang digelontorkan China, akan ada efek domino yang dapat mempengaruhi kepercayaan investor di negara lain termasuk Indonesia. Seiring dengan meningkatnya risiko inflasi dan potensi resesi global, para investor mulai berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, stimulus fiskal yang diberikan oleh pemerintah China merupakan langkah yang signifikan untuk pemulihan ekonomi, namun juga membawa tantangan tersendiri bagi IHSG dan pasar saham Indonesia. Memasuki sisa tahun 2024, proyeksi pertumbuhan IHSG masih optimis dengan beberapa sektor kunci yang diperkirakan akan mendorong pertumbuhan. Namun, investor harus tetap waspada terhadap perubahan yang mungkin terjadi di tingkat global serta dampaknya terhadap pasar domestik.