Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Suku Bunga Stabil, Saham Perbankan Menjadi Primadona Pasar

Suku Bunga Stabil, Saham Perbankan Menjadi Primadona Pasar

by Intan Sari at 17 Oct 2024 17:10

Bank Indonesia (BI) baru saja mengumumkan keputusan penting dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 15-16 Oktober 2024. Dalam rapat tersebut, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6%. Meski demikian, pelaku pasar tetap optimis, terutama mengenai potensi penurunan suku bunga acuan di masa mendatang, yang diyakini dapat memacu pertumbuhan pasar saham, khususnya untuk saham-saham di sektor perbankan.

Kondisi Pasar Saham Pasca Keputusan BI

Setelah pengumuman dari BI, kinerja saham perbankan terlihat sangat positif. Saham-saham bank besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menunjukkan kenaikan yang signifikan. Sebagai contoh, pada akhir perdagangan Kamis (17/10/2024), saham BBRI naik 0,61% mengarah ke level Rp4.980, sementara BBCA mengalami peningkatan sebesar 2,39% ke level Rp10.725. Tidak hanya itu, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga menguat 3,21% hingga mencapai harga Rp7.225 per saham, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) naik tipis 0,46% ke level Rp5.500.

Lonjakan Harga Saham DNAR

Di luar saham bank besar, menarik untuk dicatat lonjakan luar biasa pada saham PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR), yang melonjak 34,68% mengarah ke level Rp167, menjadikannya sebagai top gainers dalam perdagangan hari itu. Peningkatan tajam ini menunjukkan bahwa investor menyambut positif keputusan BI sekaligus memanfaatkan momentum pelonggaran kebijakan moneter ini. Saham DNAR sukses mengungguli saham PT Nusantara Almazia Tbk. (NZIA) dan PT Pelangi Indah Canindo Tbk. (PICO), yang masing-masing terangkat 33,78% dan 21,54%.

Sikap BI terhadap Kebijakan Moneter

Chief Economist & Head of Research di PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, menyampaikan bahwa kebijakan moneter sudah menunjukkan pelonggaran sejak bulan September 2024, yang ditandai dengan penurunan suku bunga BI berjumlah 25 basis poin. Rully menambahkan, meskipun BI menganggap perlu untuk menahan BI Rate pada saat ini karena risiko volatilitas pasar, masih ada harapan untuk penurunan lebih lanjut. Ia memproyeksikan bahwa BI Rate dapat turun 50 basis poin selama tahun 2024 ke level 5,75%, dan pada tahun depan dapat diturunkan lagi hingga 75 basis poin menjadi 5%.

Dampak Penurunan Suku Bunga terhadap Ekonomi

Rully berpendapat, penurunan suku bunga di dalam negeri berdampak positif terhadap biaya pinjaman. Biaya pinjaman yang lebih rendah menunjukkan peluang lebih besar bagi masyarakat untuk berbelanja dan berinvestasi. Dengan demikian, pelonggaran kebijakan moneter ini diharapkan dapat meningkatkan momentum pasar modal. Dia juga menekankan bahwa sektor perbankan sudah menunjukkan kinerja yang baik meskipun mengalami naik turunnya inflasi dan suku bunga.

Potensi Saham yang Meningkat di Sektor Perbankan

Dari sudut pandang investasi, saham perbankan tampak menjadi pilihan yang menarik dengan kondisi likuiditas yang mencukupi. Dalam hal ini, Rully optimis bahwa perbankan dapat mulai menurunkan biaya dana (cost of fund) sehingga memberikan peluang untuk peningkatan profitabilitas.

Selain itu, seiring dengan langkah penurunan suku bunga, sektor properti dan infrastruktur juga diperkirakan dapat menarik perhatian investor. Hal ini menyusul sentimen positif yang mungkin muncul menyusul kebijakan moneter yang lebih longgar.

Kesimpulan

Keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6% mungkin tidak merupakan kejutan bagi banyak kalangan, namun hal ini juga menunjukkan kehati-hatian BI di tengah kondisi pasar yang berisiko. Bagi investor, situasi ini membuka peluang untuk mengeksplorasi investasi di saham perbankan yang diperkirakan bakal unggul dalam jangka waktu dekat. Sebelum mengambil keputusan investasi, penting untuk tetap mengikuti perkembangan pasar dan berita terkait tren suku bunga demi pengambilan keputusan yang tepat.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.