Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Suku Bunga Turun, Apakah Emiten Semen Bersiap Pulih?

Suku Bunga Turun, Apakah Emiten Semen Bersiap Pulih?

by Andika Pratama at 14 Oct 2024 14:51

Era suku bunga rendah telah dimulai, yang terlihat jelas setelah The Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis point menjadi 4,75-5%. Hal ini ditambah dengan keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga BI rate menjadi 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) di bulan September lalu. Dengan lingkungan suku bunga yang lebih rendah ini, banyak pihak optimis bahwa sektor properti dan emiten semen akan menunjukkan tanda-tanda perbaikan dalam waktu dekat.

Dampak Penurunan Suku Bunga terhadap Sektor Properti

Corporate Secretary INTP, Dani Handajani, menyatakan bahwa penurunan suku bunga diharapkan akan menggairahkan sektor properti di Indonesia. Sektor properti yang mulai berdenyar dipercaya akan mendongkrak penjualan semen, mengingat mayoritas permintaan semen berhubungan erat dengan pembangunan properti dan penggunaan kredit pemilikan rumah (KPR) yang kini lebih terjangkau.

Performa Emiten Semen di Pertengahan 2024

Namun, meskipun ada harapan, kinerja emiten semen di awal semester I 2024 masih menunjukkan ketidakpastian. Menurut Research Analyst Phintraco Sekuritas, Aditya Prayoga, emiten semen seperti INTP masih jauh dari maksimal, meski mencatatkan peningkatan penjualan semen domestik sebesar 9,6% dan pendapatan neto senilai Rp 8,1 triliun.

Sebaliknya, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) mencatatkan penurunan penjualan semen sebesar 1,5%, dengan pendapatan yang jatuh sebanyak 6,26% dan laba bersih tergerus hingga 16%. Performa SMGR menunjukkan bahwa sektor ini menghadapi tantangan berat, termasuk rendahnya konsumsi semen domestik, oversupply, dan kenaikan biaya bahan baku energi.

Tantangan Oversupply dan Persaingan Ketat

Aditya mencatat bahwa meskipun terdapat optimisme karena penurunan suku bunga, tantangan besar masih membayangi industri semen. Oversupply yang terjadi menyebabkan harga jual semen sulit untuk naik, sehingga margin keuntungan tetap tertekan. Dalam situasi ini, emiten semen perlu memperhatikan efisiensi biaya produksi dan memanfaatkan pasar ekspor sebagai solusi alternatif.

Dalam menghadapi situasi ini, integrasi proyek Ibu Kota Negara (IKN) yang sedang berjalan bisa menjadi peluang untuk meningkatkan permintaan, khususnya proyek strategis nasional yang mendapatkan dukungan dari pemerintah.

Proyeksi Kinerja Emiten Semen di Akhir 2024

Dalam proyeksi sisa tahun 2024, Miftahul Khaer dari Kiwoom Sekuritas Indonesia menegaskan bahwa potensi kinerja emiten semen masih ada. Untuk SMGR, ada kemungkinan untuk meningkatkan volume penjualannya berkat lebih banyak hari kerja dan sentimen musiman yang mendukung. Dia juga menilai bahwa sekitar 54% dari total volume penjualan dan 66%-72% dari laba bersih umumnya terkonsentrasi pada paruh kedua tahun.

Rekomendasi Saham Emiten Semen

Miftahul merekomendasikan buy on breakout untuk SMGR dengan target harga Rp 4.450 per saham. Untuk INTP, dia merekomendasikan trading buy dengan target harga Rp 7.275 per saham. Sementara itu, Director Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada, berpendapat bahwa kinerja emiten semen akan sangat tergantung pada permintaan di sektor konstruksi dan properti. Jika kedua sektor ini tidak menunjukan pertumbuhan, maka emiten semen juga akan tertekan.

Diharapkan pada kuartal III 2024, emiten semen dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik. Meskipun pertumbuhannya sedikit lebih lambat dari tahun sebelumnya, Reza meyakini bahwa emiten semen akan tetap mampu mencetak laba. Dia memperingatkan bahwa efek dari pemangkasan suku bunga akan memerlukan waktu sebelum terlihat jelas.

Peluang dan Harapan untuk Sektor Semen

Secara keseluruhan, meskipun tantangan besar masih membayangi, sektor semen di Indonesia memiliki peluang untuk pulih seiring dengan penurunan suku bunga dan kebijakan pemerintah yang mendukung sektor properti. Meskipun harus menghadapi fluktuasi biaya energi yang dapat dipengaruhi ketegangan geopolitik, optimisme tetap ada terutama di sisa tahun mendatang.

Investor seharusnya tetap memperhatikan perkembangan di sektor ini, terutama dengan kemungkinan adanya perubahan kebijakan pajak yang terkait dengan sektor properti yang bisa menjadi pemicu tambahan pertumbuhan.