Penurunan Kelas Menengah Akibat Tingginya Biaya Hidup
Jumlah kelas menengah mengalami penurunan sejak 2019, dipicu oleh biaya hidup yang semakin tinggi. Menurut Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, berdasarkan data BPS, pengeluaran kelas menengah berkisar antara Rp 2 juta hingga Rp 9,9 juta per bulan. Namun, mayoritas kelas menengah disebut lebih dekat dengan batas bawahnya, yakni pada level Rp 2 jutaan per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa kelas menengah rentan terjatuh dan sulit untuk meningkatkan taraf hidup.
Tantangan dalam Pengeluaran Kelas Menengah
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menyatakan bahwa penurunan kelas menengah terjadi karena sulitnya mendapatkan pekerjaan setelah lulus dari perguruan tinggi. Beban pengeluaran kelas menengah semakin bertambah dan meningkat, menyebabkan indeks mobilitas sosial global Indonesia berada pada peringkat ke-67 dari 82 negara, sulit untuk naik kelas.
Tantangan Pengeluaran dan Pendapatan Kelas Menengah
Data BPS menunjukkan bahwa pengeluaran untuk hiburan, kendaraan, barang tahan lama, pakaian, dan kesehatan koreksi ke bawah. Sementara itu, kelas menengah menghadapi pengeluaran besar untuk pajak, barang/jasa, perumahan, pendidikan, dan makanan. Tingginya pengeluaran ini membuat pendapatan pribadi menurun, terutama dari kenaikan biaya pendidikan perguruan tinggi, sewa rumah, dan cicilan kendaraan bermotor.
Pekerjaan Kelas Menengah dan Komposisinya
Mayoritas pekerjaan kelas menengah adalah pekerjaan formal seperti buruh, karyawan, atau pegawai. Pada tahun 2024, persentase pekerja formal kelas menengah mencapai 53,76%, sementara untuk kelompok menuju kelas menengah sebesar 42,95%, rentan miskin 35,08%, dan miskin 28,79%.