PT Waskita Karya (Persero) Tbk atau WSKT mengalami tantangan berat di kuartal III tahun 2024 dengan catatan rugi bersih yang semakin membengkak. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis, rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan mencapai Rp 3 triliun. Angka ini merupakan kenaikan sebesar 5,93% dibandingkan rugi bersih di periode yang sama pada tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 2,83 triliun.
Kondisi ini tentunya menjadi sorotan bagi para investor dan analis industri konstruksi, lantaran menurunnya kinerja pendapatan usaha perusahaan. Dalam periode Januari hingga September 2024, WSKT mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 6,78 triliun. Angka ini mengalami penurunan sebesar 13,22% secara tahunan atau year on year (YoY) yang sebelumnya mencapai Rp 7,81 triliun.
Rincian Pendapatan Segmen Bisnis WSKT
Segmen jasa konstruksi menjadi penyumbang utama pendapatan bagi perusahaan ini dengan kontribusi mencapai Rp 4,75 triliun. Namun, angka tersebut menurun signifikan dibandingkan Rp 6,31 triliun di kuartal III 2023. Berikut tabel yang menunjukkan rincian segmen pendapatan WSKT:
Segmen | Pendapatan (Rp) |
---|---|
Jasa Konstruksi | 4,75 Triliun |
Precast | 923,07 Miliar |
Jalan Tol | 834,62 Miliar |
Pendapatan Properti | 133,5 Miliar |
Penjualan Infrastruktur | 51,99 Miliar |
Pendapatan Hotel | 79,87 Miliar |
Sewa Gedung dan Peralatan | 8,52 Miliar |
Peningkatan Biaya dan Beban
Di sisi lain, meskipun beban pokok pendapatan mengalami penurunan ke angka Rp 5,75 triliun dari Rp 7,04 triliun pada kuartal III 2023, namun beberapa pos beban lainnya menunjukkan peningkatan yang signifikan. Beban penjualan, misalnya, meningkat dari Rp 80,09 miliar menjadi Rp 114,01 miliar. Selain itu, WSKT mencatatkan rugi selisih kurs bersih sebanyak Rp 1,54 miliar, berbeda dengan keuntungan bersih yang tercatat Rp 5,32 miliar di periode yang sama tahun lalu.
Kondisi Aset dan Liabilitas
Per 30 September 2024, total aset WSKT tercatat sebesar Rp 88,67 triliun, menurun dari Rp 95,59 triliun pada akhir tahun 2023. Total liabilitas perusahaan ini berada di angka Rp 80,58 triliun, turun dari Rp 83,99 triliun di akhir Desember 2023. Sementara itu, total ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp 8,09 triliun, juga mengalami penurunan dari Rp 11,60 triliun per akhir tahun 2023.
Kas dan Likuiditas
WSKT melaporkan bahwa kas dan setara kas di akhir September 2024 tercatat sebesar Rp 1,36 triliun, menurun dari Rp 1,51 triliun di periode yang sama tahun lalu. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian lebih dalam pengelolaan likuiditas di masa mendatang.
Pemeringkatan Obligasi dan Langkah Restrukturisasi
Dalam hal pemeringkatan, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memberikan peringkat “idSD” kepada WSKT, yang berarti Selective Default, terkait masalah pembayaran obligasi. Peringkat ini didapatkan setelah WSKT mengajukan permohonan restrukturisasi atas beberapa seri obligasi non-penjaminan.
Direktur Utama WSKT, Muhammad Hanugroho, mengungkapkan bahwa mereka tengah berupaya memperbaiki tata kelola perusahaan dan fokus kembali pada bisnis inti sebagai kontraktor murni. Langkah-langkah ini termasuk memastikan proyek-proyek yang diambil memiliki skema pembayaran yang sesuai demi menciptakan operasional yang menguntungkan dan berkelanjutan.
Outlook Perusahaan di Masa Depan
Ke depan, WSKT diharapkan dapat menunjukkan kemampuan untuk menyelesaikan kewajiban finansial secara berkelanjutan. Menurut Hanugroho, pihaknya akan terus berupaya membuka komunikasi dengan pemegang obligasi untuk menciptakan solusi yang saling menguntungkan.
Investasi dan keberlanjutan WSKT akan sangat tergantung pada kemampuan mereka dalam melaksanakan restrukturisasi obligasi dan memulihkan kinerja keuangan. Bagi investor dan pengamat industri, perkembangan ini patut menjadi perhatian dan diharapkan perusahaan bisa bangkit menghadapi tantangan yang ada.