Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Yen Jatuh, Dolar AS Menguat di Tengah Ketegangan Global

Yen Jatuh, Dolar AS Menguat di Tengah Ketegangan Global

by Citra Maharani at 07 Oct 2024 12:26

Yen Jepang Tertekan di Tengah Kenaikan Dolar AS

Pada Senin, 7 Oktober 2023, yen Jepang mengalami penurunan yang signifikan, mencapai level terendah dalam hampir dua bulan terakhir. Dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan kekuatannya, didorong oleh data pekerjaan yang positif dan ketegangan yang meningkat di Timur Tengah. Yen Jepang jatuh menjadi 149,10 per dolar AS sebelum akhirnya menguat sedikit ke kisaran 148,40.

Penurunan yen ini mengikuti tren negatif yang berlangsung sepanjang pekan sebelumnya, di mana mata uang tersebut ambles lebih dari 4%. Ini mencatatkan penurunan mingguan terbesar sejak awal tahun 2009 dan menunjukkan betapa rentannya mata uang Jepang di saat ekonomi global sedang bergejolak.

Relatif Kuatnya Dolar AS

Kenaikan nilai dolar AS berasal dari laporan pekerjaan yang menunjukkan lonjakan terbesar dalam enam bulan pada bulan September. Data ini mencakup penurunan tingkat pengangguran dan peningkatan upah, yang menunjukkan ekonomi AS tetap solid meski di tengah ketidakpastian global. Hal ini mengakibatkan pasar mulai mengurangi ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve.

"Dengan pemotongan suku bunga still menjadi posisi default, ditambah ekspektasi pendapatan yang optimis serta kebijakan agresif dari China, ekuitas dan dolar AS mendapatkan dorongan," kata Chris Weston, Kepala Riset di Pepperstone, dilansir dari Reuters.

Ketegangan di Timur Tengah Menambah Volatilitas

Tidak hanya faktor domestik yang mempengaruhi pasar, tetapi juga ketegangan geopolitik. Terbaru, serangan udara Israel ke target-target Hezbollah di Lebanon dan Jalur Gaza memicu kepanikan di pasar, menjelang peringatan satu tahun dari serangan 7 Oktober yang mengakibatkan perang pada tahun lalu.

Indeks dolar, yang mengukur kinerja dolar AS terhadap mata uang utama lainnya, tetap datar setelah mencapai level tertinggi dalam tujuh minggu, dengan kenaikan 0,5% pada hari Jumat. Sementara itu, euro diperdagangkan di posisi US$ 1,0970, turun 0,06% dari sebelumnya.

Reaksi Pasar terhadap Kebijakan Suku Bunga

Kondisi ini juga dipengaruhi oleh pernyataan-pernyataan dari pejabat pemerintah Jepang mengenai suku bunga. Perdana Menteri Shigeru Ishiba, yang baru saja dilantik, menyatakan bahwa kenaikan suku bunga di Jepang mungkin masih jauh di depan. Hal ini memudarkan harapan para investor akan penyesuaian kebijakan moneternya di masa mendatang, yang berkontribusi terhadap melemahnya yen.

Imbal Hasil Obligasi dan Prediksi Pasar

Imbal hasil obligasi Treasury AS untuk tenor 10 tahun tercatat berada di 3,9711%, sedikit di bawah level tertinggi dalam dua bulan. Imbal hasil ini mengalami penurunan pekan lalu, ketika investor berbondong-bondong membeli aset-aset aman di tengah ketegangan yang meningkat, khususnya pasca peluncuran lebih dari 180 misil oleh Iran menuju Israel.

Sekarang, harapan pasar telah bergeser towards Federal Reserve, yang diperkirakan hanya akan melakukan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan November, bukan 50 basis poin seperti yang diprediksi sebelumnya. Peluang pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin kini mencapai 98%, meningkat dari 47% seminggu lalu, sementara peluang tidak ada pemotongan sama sekali hanya 2%.

"Dolar-yen diperkirakan tetap berada dalam kisaran 145-149 dalam beberapa minggu ke depan, seiring ekspektasi penurunan yang lebih rendah terhadap pemotongan besar oleh Federal Reserve dan sikap dovish Perdana Menteri Jepang menjelang pemilihan umum," ungkap Ryota Abe, Ekonom di SMBC Singapura.

Pound Sterling dan Dolar Selandia Baru Menghadapi Tantangan

Sementara itu, pound sterling juga menunjukkan pergerakan datar di sekitar US$ 1,3122, setelah sebelumnya mengalami penurunan 1,9% sepanjang pekan lalu, yang merupakan penurunan tajam sejak awal tahun 2023. Dalam sebuah pernyataan, Kepala Ekonom Bank of England, Huw Pill, menjelaskan bahwa bank sentral sebaiknya bergerak secara bertahap dalam penyesuaian suku bunga.

Dolar Selandia Baru mengalami peningkatan tipis sebesar 0,1% menjadi $0,6166, berusaha menghentikan tren penurunan menjelang keputusan kebijakan dari Bank Sentral Selandia Baru pada Rabu mendatang. Para analis mengantisipasi pemotongan suku bunga yang lebih besar, yang merupakan kelanjutan dari langkah pelonggaran yang telah dilakukan sejak Agustus untuk menjaga suku bunga di bawah level tertinggi dalam 15 tahun.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, perkembangan di pasar mata uang dan faktor-faktor global yang mempengaruhi ini menunjukkan betapa dinamisnya situasi ekonomi saat ini. Dengan proyeksi yang berubah cepat dalam kebijakan moneter serta dampak ketegangan geopolitik, pelaku pasar harus tetap waspada dalam mengantisipasi fluktuasi yang mungkin terjadi di depan.