JAKARTA — Dalam perdagangan saham yang berlangsung pada Kamis, 17 Oktober 2024, terlihat tindakan menjual signifikan dari investor asing terhadap saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). Menurut data RTI Business, menarik perhatian, net foreign sell untuk BBRI mencapai angka yang cukup besar, yaitu Rp191,1 miliar. Tekanan jual yang terjadi ini sejalan dengan keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan, atau BI Rate, di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 15—16 Oktober 2024.
Pergerakan Saham BBRI dan Dampaknya
Keputusan BI untuk tidak mengubah suku bunga ini menjadi salah satu faktor pemicu penjualan saham BBRI oleh investor asing. Walaupun suku bunga tetap di level yang dianggap stabil, investor tampaknya mengambil langkah defensive dengan melakukan penjualan, mengakibatkan lonjakan net foreign sell.
Selain BBRI, saham yang menyusul dalam daftar penjualan oleh investor asing adalah PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) dengan net foreign sell yang jauh lebih kecil, hanya mencapai Rp19,6 miliar. Di tengah situasi ini, menarik untuk diperhatikan bahwa investor asing menunjukkan kecenderungan yang berbeda terhadap beberapa emiten bank lain.
Akumulasi Beli Saham Bank Lain
Sementara BBRI menghadapi penjualan, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) sebenarnya menunjukkan arus masuk investasi yang cukup signifikan. BBCA menjadi emiten dengan akumulasi beli terbesar oleh investor asing, mencatat net foreign buy sebesar Rp344,7 miliar. Ini menunjukkan adanya kepercayaan yang tinggi terhadap prospek keuangan dan kinerja perusahaan di masa mendatang.
Begitu pula dengan BMRI, yang meraih net foreign buy kedua terbesar sebesar Rp323,8 miliar. Meskipun BBRI menghadapi tekanan, kedua bank ini menunjukkan pertumbuhan yang kuat dan daya tarik di mata investor. Selain itu, PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) juga mencatatkan net foreign buy berkelanjutan dengan nilai mencapai Rp222,7 miliar, menambah daftar emiten yang mendapatkan perhatian positif dari investor asing.
Kinerja Keuangan BBRI
Meskipun mengalami penjualan saham oleh investor asing, BBRI sejatinya mencatatkan kinerja keuangan yang solid. Pada kuartal II tahun 2024, laba bersih konsolidasi yang terikat kepada pemilik mencapai Rp29,92 triliun. Menurut Direktur Utama BBRI, Sunarso, pertumbuhan laba bank ini didorong oleh penyaluran kredit dan dana pihak ketiga (DPK) yang masing-masing tumbuh dobel digit.
BRI melaporkan telah menyalurkan kredit sebesar Rp1.336,78 triliun pada kuartal II/2024, yang mencerminkan pertumbuhan 11,2% secara tahunan (yoy). Sunarso menyatakan, "Ini salah satu bentuk dukungan ekonomi nasional, penciptaan lapangan kerja, khususnya di segmen UMKM [usaha mikro, kecil, dan menengah]." Hal ini menunjukkan bahwa fokus utama penyaluran kredit BRI sebagian besar menyasar pada segmen UMKM, dengan porsi mencapai 81,96%.
Pendanaan dan Struktur DPK
Pertumbuhan laba BBRI juga didukung oleh DPK yang tumbuh 11,6% yoy, mencapai Rp1.389,66 triliun. Dominasi pendanaan BRI ditopang oleh dana murah atau current account saving account (CASA) sebesar Rp877,89 triliun, yang tumbuh 7,7% yoy. Porsi dana murah bank ini mencapai 63,17% per Juni 2024, mencerminkan kekuatan likuiditas bank dan kemampuannya dalam mengelola biaya dana.
Emiten | Net Foreign Buy/Sell | Jumlah (Rp Miliar) |
---|---|---|
BBRI | Sell | -191,1 |
JSMR | Sell | -19,6 |
BBCA | Buy | 344,7 |
BMRI | Buy | 323,8 |
BRMS | Buy | 222,7 |
Kesimpulan
Pergerakan pasar bebas ini memang kerap kali dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk keputusan yang diambil oleh bank sentral. Penjualan saham BBRI menunjukkan bahwa meskipun kinerja beberapa emiten bank lain tetap di jalur positif, investor tidak ragu untuk melakukan penyesuaian portofolio mereka di tengah situasi ekonomi yang dinamis. Dengan pertumbuhan yang konsisten di sektor UMKM dan pengelolaan likuiditas yang baik, masa depan BBRI tetap menjanjikan, meskipun saat ini menghadapi tekanan. Sebagai catatan, keputusan investasi haruslah bijak dan didasarkan pada analisis yang mendalam serta pemahaman yang jelas tentang risiko yang ada.