Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali bergejolak setelah serangan terbaru Israel terhadap Iran yang terjadi pada akhir pekan lalu. Sidang darurat yang berlangsung pada Senin, 28 Oktober 2023, di Hamilton, Kanada, dipicu oleh permintaan dari Rusia, Aljazair, dan China, menyusul surat resmi yang dikirim oleh utusan Iran untuk PBB, Amir Said Iravani, kepada Sekretaris Jenderal Antonio Guterres dan anggota Dewan Keamanan lainnya.
Desakan untuk Menghentikan Ketegangan
Dalam sidang tersebut, Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk Timur Tengah dan Asia Pasifik, Khaled Khiari, menegaskan bahwa Guterres mengecam semua tindakan yang meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut. "Kedua belah pihak harus berhenti menguji batas kesabaran masing-masing dan bertindak demi perdamaian serta stabilitas kawasan," ujarnya. Dia juga mencatat bahwa tahun lalu telah membawa penderitaan luar biasa bagi banyak masyarakat di Timur Tengah.
Kondisi penderitaan tersebut menjadi lebih jelas dalam konteks Gaza utara, di mana Khiari merujuk pada angka kematian dan cedera yang mengkhawatirkan, serta ancaman serius terhadap kesehatan anak-anak akibat penundaan vaksinasi polio.
Risiko Agresi Berlanjut
Utusan Aljazair untuk PBB, Amar Bendjama, memperingatkan tentang risiko agresi Israel yang dapat berdampak luas di seluruh Timur Tengah. "Kita menghadapi konflik regional dengan konsekuensi global yang serius dan dapat diprediksi," ujarnya, kritis terhadap beberapa anggota Dewan Keamanan yang enggan menyebut situasi ini sebagai ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Bendjama mendesak untuk adanya gencatan senjata segera dan permanen di Gaza dan Lebanon.
Respon Keras dari Rusia dan China
Utusan Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengecam serangan Israel yang dianggapnya sebagai tindakan yang dapat diprediksi. Ia juga menyoroti peran Amerika Serikat dan sekutunya dalam serangan tersebut serta mengecam berbagi intelijen antara AS dan Israel. "Tindakan semacam ini hanya akan memicu lebih banyak kekerasan di kawasan," ujarnya. Rusia mendesak Israel untuk menahan diri dari tindakan militer yang lebih lanjut.
Demikian pula dengan Utusan China untuk PBB, Fu Cong, yang menyerukan semua pihak untuk menghentikan aksi-aksi provokatif, serta mendesak AS untuk menggunakan pengaruhnya terhadap Israel untuk meredakan situasi.
Bentrok Pendapat di Dewan Keamanan
Walaupun banyak negara mengecam serangan tersebut, utusan AS, Linda Thomas-Greenfield, memberikan dukungan kuat terhadap Israel. Ia mengklaim bahwa Israel mempunyai hak untuk membela diri dari serangan Iran, meskipun menekankan bahwa AS sendiri tidak terlibat dalam operasi militer ini, tetapi membantu Israel dalam perencanaan strategis.
Thomas-Greenfield juga mengingatkan Iran tentang konsekuensi dari tindakan agresif terhadap Israel dan personel AS di kawasan, menegaskan komitmen Amerika Serikat untuk melindungi sekutunya.
Tuduhan Terhadap AS
Di sisi lain, utusan Iran, Amir Saeid Iravani, menuduh Israel dan AS terlibat dalam pelanggaran hukum internasional. Ia mengatakan bahwa serangan Israel adalah bagian dari pola agresi yang lebih luas dan tanpa sanksi. Iran menegaskan haknya untuk merespons tindakan agresif tersebut sebagai respons atas serangan yang mereka anggap sebagai pelanggaran berat.
Kesimpulan dan Harapan Masa Depan
Sidang PBB ini menjadikan ketegangan di kawasan Timur Tengah semakin mendalam, dan menggambarkan betapa kompleksnya dinamika hubungan internasional yang dipengaruhi oleh konflik regional. Dalam situasi yang serba tidak menentu ini, harapan untuk menemukan titik terang dalam upaya perdamaian nampaknya masih jauh dari jangkauan.
Dengan semua pihak saling menuding dan mengeluarkan desakan, tidak ada jalan pintas menuju resolusi konflik yang telah berlangsung lama ini. Komunitas internasional terus berharap agar diplomasi dapat mengedepankan dialog daripada ketegangan, demi stabilitas kawasan yang lebih baik dan mencegah eskalasi yang lebih besar di kemudian hari.