Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Aksi Jual Asing di Pasar Saham: Apa Selanjutnya?

Aksi Jual Asing di Pasar Saham: Apa Selanjutnya?

by Dika Saputra at 12 Oct 2024 09:01

Dalam beberapa pekan terakhir, pasar saham Indonesia mengalami aksi jual yang cukup agresif oleh investor asing. Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa periode dari 7 hingga 11 Oktober 2024 mencatatkan jual bersih asing sebesar Rp4,56 triliun. Angka ini menunjukan tren jual yang meningkat dibandingkan pekan-pekan sebelumnya, di mana pada periode 23 hingga 27 September terjadi jual bersih sebesar Rp3,36 triliun, dan pada 30 September hingga 4 Oktober angkanya melonjak menjadi Rp4,87 triliun.

Pergerakan Saham Bank Jumbo

Saham bank-bank besar, atau sering disebut sebagai bank jumbo, menjadi incaran utama aksi jual asing. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) merupakan salah satu saham yang paling banyak dilego, dengan net sell asing tercatat sebesar Rp1,69 triliun dalam sepekan terakhir. Jika dilihat dalam satu bulan, total nilai jual asing di BBRI mencapai Rp6,8 triliun.

Di sisi lain, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga mengalami penjualan yang signifikan, dengan net sell asing sebesar Rp255,55 miliar dalam sepekan, dan total nilai jual asing dalam sebulan mencapai Rp1,49 triliun. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga tak luput dari aksi jual, di mana dicatatkan net sell sebesar Rp515,98 miliar dalam sepekan, dan Rp252,61 miliar dalam sebulan.

Emiten Lainnya yang Terkena Dampak

Selain bank jumbo, emiten lain juga merasakan dampak dari aksi jual asing. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mencatatkan net sell asing sebesar Rp212,8 miliar dalam sepekan dan Rp571,79 miliar dalam sebulan. Di sisi lain, PT United Tractors Tbk. (UNTR) mengalami penjualan bersih asing sebesar Rp169,71 miliar dalam sepekan, meskipun masih mencatatkan net buy sebesar Rp27,25 miliar dalam sebulan.

Pandangan Analis terhadap Aksi Jual Ini

Banyak analis yang memandang bahwa aksi jual ini bersifat sementara. Fath Aliansyah, Senior Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas, menegaskan bahwa net sell asing adalah peristiwa temporer dan pergerakan investor asing dapat kembali positif. Menurutnya, indikator-indikator seperti stimulus China dan data ekonomi AS yang lebih baik dari ekspektasi berkontribusi pada penguatan potensi pasar saham selanjutnya.

Selain itu, Nafan Aji Gusta, Senior Chartist dari Mirae Asset Sekuritas, mencatat bahwa pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh euforia pasar yang sempat tinggi sebelumnya dan sekarang mengalami penyesuaian. "Para investor asing mulai merasakan dampak dari stimulus jumbo dari China, yang menjadi faktor lain yang menyebabkan aliran modal keluar dari pasar Indonesia,” ujarnya.

Perkembangan IHSG di Bulan Mendatang

Meskipun terdapat tekanan dari aksi jual asing, Nafan optimis dengan prospek IHSG ke depan. Beliau memproyeksikan bahwa pergerakan indeks harga saham gabungan masih berpotensi bullish dalam bulan Oktober 2024. Merujuk data historis selama delapan tahun terakhir, Nafan menemukan bahwa IHSG pada bulan Oktober selalu ditutup dalam posisi positif.

Faktor lain yang berpotensi mendorong pergerakan bullish IHSG adalah kebijakan moneter The Fed, yang mungkin akan mengalami pelonggaran jika angka inflasi di Amerika Serikat menunjukkan penurunan lebih lanjut. "Jika The Fed mengurangi suku bunga acuan, ini bisa menjadi dorongan bagi masuknya dana asing kembali ke pasar saham Indonesia,” tambah Nafan.

Kesimpulan

Pasar saham Indonesia saat ini berada dalam situasi menarik, di mana meskipun terjadi aksi jual yang cukup signifikan dari investor asing, terdapat potensi perbaikan yang bisa mendorong indeks saham ke arah positif. Dengan berbagai faktor baik domestik maupun internasional yang berperan, investor disarankan untuk tetap memantau perkembangan dan melakukan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.

Namun, perlu diingat bahwa semua keputusan investasi adalah milik individu dan tidak ada jaminan akan keuntungannya. Informasi di atas disajikan hanya untuk tujuan edukasi dan tidak untuk mendorong tindakan membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan analisis dan konsultasi yang tepat sebelum berinvestasi.