Pasar surat utang Indonesia kini menjadi sorotan utama bagi para investor, terutama setelah penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia. Penurunan suku bunga ini membuka peluang baru bagi investor untuk mendapatkan keuntungan dari investasi di surat utang, terutama seri-seri acuan (benchmark) yang menawarkan likuiditas tinggi.
Potensi Capital Gain di Tengah Penurunan Yield
Ramdhan Ario Maruto, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas, menjelaskan bahwa meskipun suku bunga mulai dipangkas, masih ada peluang untuk memanfaatkan capital gain dari potensi kenaikan harga obligasi. Sejak suku bunga acuan dipangkas, imbal hasil atau yield obligasi di pasar telah mengalami penurunan yang signifikan. Menariknya, yield SUN 10 tahun sempat jatuh pada kisaran 6,4% hingga 6,5%, lebih cepat dari yang diperkirakan akan terjadi di akhir 2024.
Menanggapi Ketidakpastian Global
Meskipun demikian, penurunan yield obligasi dalam beberapa minggu terakhir juga dipengaruhi oleh ketidakpastian yang ditimbulkan akibat konflik di Timur Tengah. Situasi ini menyebabkan pelemahan rupiah dan mempengaruhi pergerakan yield obligasi kembali ke level 6,7% hingga 6,8% untuk tenor 10 tahun. Ramdhan berharap bahwa jika tidak ada gejolak lebih lanjut, yield seharusnya dapat menembus ke bawah 6,5%.
Strategi Investasi yang Disarankan
Ramdhan juga menyarankan para investor untuk fokus pada obligasi seri benchmark. Meskipun ada opsi lain yang menawarkan imbal hasil lebih baik, obligasi yang likuid akan memudahkan saat investor ingin melakukan profit taking. Hal ini penting di tengah ketidakpastian yang melanda pasar global.
Investor juga dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi di Surat Berharga Negara (SBN) Ritel, yang menawarkan kupon tinggi saat suku bunga turun. Salah satu contoh adalah ORI026 yang bersifat tetap (fixed rate). Namun, perlu diingat bahwa SBN Ritel biasanya lebih berfungsi sebagai tempat menyimpan dana, mirip dengan deposito, dibandingkan dengan investasi yang aktif.
Permintaan Tinggi untuk ORI026
Memperhatikan tren saat ini, Ramdhan memprediksi bahwa penawaran ORI026 yang akan ditutup pada 24 Oktober dapat mencapai lebih dari Rp 20 triliun. Hal ini sebagian besar didorong oleh tawaran kupon tingginya dan juga karena adanya pemegang ORI020 yang jatuh tempo pada 15 Oktober 2024. Sebagian besar dari mereka diharapkan akan beralih ke ORI026 yang menawarkan kondisi investasi yang lebih menguntungkan.
Menjaga Daya Tarik Pasar SBN
Salah satu faktor yang membuat investasi di surat utang Indonesia menarik bagi investor global adalah suku bunga domestik yang relatif lebih tinggi dibandingkan negara lainnya. Di tengah ketidakpastian global, pasar surat utang Indonesia tetap memiliki daya tarik, terutamanya dari dukungan likuiditas yang kuat oleh investor domestik.
Kondisi Kepemilikan Asing di SBN
Namun, saat ini kepemilikan asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) masih rendah, berkisar antara 14% hingga 15%, jauh dari angka 40% sebelum pandemi Covid-19. Diharapkan bahwa jika suku bunga terus dipangkas, peluang bagi investor asing untuk masuk kembali ke pasar obligasi Indonesia akan terbuka lebih lebar.
Proyeksi Ke Depan
Dalam pandangan Ramdhan, dengan dukungan likuiditas domestik dan potensi penurunan suku bunga lebih lanjut, yield SUN 10 tahun diharapkan dapat turun ke level 6,5% pada akhir 2024. Selain itu, Federal Reserve di Amerika juga diperkirakan akan melakukan pemangkasan suku bunga, meskipun belum ada konsensus mengenai besaran pemotongan tersebut.
Kesimpulan
Dari analisis yang telah disampaikan, jelas bahwa pasar surat utang Indonesia saat ini menawarkan peluang berharga bagi para investor, baik domestik maupun asing. Dengan tren penurunan suku bunga, investor dapat memanfaatkan potensi capital gain dan likuiditas yang tinggi dalam surat utang seri benchmark. Namun, tetap diperlukan kewaspadaan terhadap faktor eksternal yang dapat mempengaruhi stabilitas pasar ke depan.