PT Schroder Investment Management Indonesia memandang optimis terhadap kondisi pasar saham dan obligasi domestik di bawah pemerintahan baru. Suku bunga yang rendah berpotensi menarik aliran dana asing ke tanah air. Riset terbaru dari Schroder Indonesia menunjukkan bahwa pengumuman Prabowo-Gibran sebagai presiden dan wakil presiden terpilih telah direspons positif oleh pelaku pasar. Hal ini terjadi karena pasangan tersebut diharapkan dapat melanjutkan kebijakan yang telah dibangun oleh pemerintahan Jokowi, sehingga mengurangi ketidakpastian yang mungkin terjadi dalam perekonomian.
Pro-Growth Policy dan Respons Pasar
Kebijakan yang diusulkan oleh pemerintahan baru ini dianggap pro-pertumbuhan dan berdampak positif bagi pasar ekuitas. Meskipun terjadinya aksi jual asing di kuartal kedua 2024 akibat ketidakpastian global, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bangkit kembali ke level tertinggi sepanjang masa pada bulan September. Kebangkitan ini didorong oleh arus masuk dari investor asing dan belanja lokal yang meningkat.
Schroder Indonesia menyatakan, "Kami tetap optimis terhadap ekuitas dalam jangka panjang karena kami pikir ekuitas Indonesia sekarang diperdagangkan dengan valuasi yang layak pada 14x PE 2024, yang lebih rendah dibandingkan negara-negara lain seperti AS, Jepang, atau bahkan India." Kondisi ini menunjukkan bahwa saat ini ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan oleh investor.
Peluang di Tengah Ketidakpastian
Meskipun IHSG meraih kinerja yang baik, laba perusahaan tampaknya masih kurang menggembirakan. Oleh karena itu, meskipun pasar baru-baru ini mengalami reli, terdapat peluang untuk mengejar nilai investasi yang lebih tinggi di beberapa saham di ekuitas Indonesia. Hingga September 2024, indeks IDX80 dan LQ45 masih tertinggal dari IHSG sekitar 7%-10%, menandakan bahwa banyak saham berkapitalisasi menengah hingga besar yang didorong oleh fundamental masih memiliki potensi nilai yang belum tereksplorasi sepenuhnya.
"Pemilihan saham adalah kunci saat ini. Hasil laba perusahaan pada kuartal ketiga 2024 dapat menjadi katalis bagi pasar ekuitas karena laba berasal dari basis yang rendah, terutama untuk saham-saham yang terkait dengan sektor konsumen," jelas Schroder Indonesia.
Rupiah sebagai Mata Uang yang Stabil
Dari sisi mata uang, Rupiah diharapkan akan tetap stabil. Mata uang yang defensif dan stabil akan sangat dihargai oleh investor ekuitas. Menurut para analis, dengan kondisi ekonomi yang lebih stabil, aliran dana ke Indonesia akan tetap menarik. Pada bulan September, IHSG mencatatkan kinerja -1,86% MoM, meskipun aliran dana masuk asing mencapai Rp 22 triliun.
Bulan | Aliran Dana Masuk (Rp Triliun) | IHSG (MoM) |
---|---|---|
September 2024 | 22 | -1,86% |
Dalam periode yang sama, aliran dana telah terdistribusi tidak hanya di saham blue chip, tetapi juga ke saham-saham second tier di sektor konsumen. Pasar saham asing yang terpengaruh oleh penyesuaian suku bunga Bank Indonesia (BI) dan Federal Reserve (The Fed) masing-masing sebesar 25 bps dan 50 bps memberikan dampak positif bagi investor lokal.
Pergerakan Pasar Obligasi
Di sisi obligasi domestik, terdapat peningkatan posisi bersih asing sebesar Rp 18,3 triliun dengan kepemilikan investor asing naik dari 14,5% di awal bulan menjadi 14,7% pada akhir September 2024. Arus masuk ini sangat dipengaruhi oleh suku bunga di AS yang menguntungkan, serta lingkungan dolar yang stabil. Kapasitas Bank Indonesia dalam menurunkan suku bunga dapat memberikan dampak besar terhadap pertumbuhan pasar obligasi.
Schroder Indonesia mencatat bahwa penawaran pada lelang obligasi juga menunjukkan performa yang baik. Dengan keberhasilan pemerintah menerbitkan obligasi Euro senilai total US$1,8 miliar dan €750 juta, menunjukkan ketahanan obligasi Indonesia di mata investor global. Hal ini akan menambah kepercayaan investor terhadap stabilitas dan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Risiko dan Peluang ke Depan
Namun, tantangan masih ada. Fundamental Indonesia dinilai masih baik, meski ada tantangan dalam transisi kebijakan yang dapat menciptakan ketidakpastian di masa mendatang. Kementerian Keuangan memiliki kas yang cukup agar dapat mengatasi situasi darurat anggaran, tetapi perubahan mendasar dalam belanja dapat berpotensi berdampak pada penerbitan utang yang tinggi.
Harga komoditas yang mengalami penurunan dan prospek permintaan internasional yang melemah akan tetap menjadi perhatian, meski inflasi terlihat masih terkendali. Inflasi utama yang mulai menurun dan inflasi inti yang lemah diharapkan dapat mendukung fundamental pasar obligasi di Indonesia.
Secara keseluruhan, Schroder mengantisipasi bahwa defisit fiskal Indonesia akan tetap terjaga pada tingkat yang bisa dikelola. Meski demikian, risiko-risiko seperti arah kebijakan fiskal jangka menengah, ketegangan geopolitik global, serta kondisi ekonomi Tiongkok dan pemilu AS akan terus dipantau dengan seksama.
Dari analisis yang komprehensif, pasar saham dan obligasi Indonesia menunjukkan tanda-tanda positif. Dengan strategi yang tepat dan pemilihan saham yang bijaksana, investor memiliki peluang yang baik untuk meraih keuntungan. Terus simak perkembangan pasar dan lakukan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi yang tepat.