Di tengah ketidakpastian yang melanda pasar saham global, beberapa indeks di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami pergantian konstituen. Namun, berbeda dari yang lain, indeks Kompas100 untuk periode November 2024 hingga Januari 2025 tetap tidak mengalami perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar emiten dalam indeks Kompas100 masih memiliki fundamental yang kuat.
Kinerja Indeks Kompas100 Hingga Akhir Oktober
Secara keseluruhan, kinerja indeks Kompas100 mengalami penguatan sebesar 0,43% sejak awal tahun hingga penutupan pasar pada Selasa, 29 Oktober 2024. Miftahul Khaer, seorang analis riset ekuitas dari Kiwoom Sekuritas, menegaskan bahwa sebagian besar emiten dalam indeks tersebut masih merupakan pemimpin pasar di sektornya masing-masing. "Indeks Kompas100 masih cukup relevan untuk kondisi dan sentimen sekarang ini," ujarnya.
Volatilitas Pasar dan Strategi Investasi
Dalam situasi pasar yang volatil, salah satu strategi yang dapat diadopsi investor adalah metode Dollar-cost averaging (DCA). Metode ini memungkinkan investor untuk secara berkala berinvestasi dalam jumlah yang sama pada saham yang memiliki kinerja baik dan valuasi yang masih fair to under value. Dengan demikian, investor dapat meminimalkan risiko dalam berinvestasi di pasar yang tidak menentu.
Namun, sejumlah saham di indeks Kompas100 menghadapi tantangan. Edwin Sebayang, Direktur Purwanto Asset Management, mencatat bahwa beberapa saham yang masuk dalam indeks ini menunjukkan kinerja fundamental yang kurang menjanjikan, yang berpotensi mengakibatkan penurunan harga saham lebih lanjut. Pergerakan saham ini mencerminkan tekanan yang semakin besar pada fundamental perusahaan sejak awal tahun 2024.
Saham yang Perlu Dipantau
Beberapa saham yang mengalami penurunan signifikan, di antaranya adalah PT Astra International Tbk (ASII) yang terpantau mengalami penurunan sekira 9,29% sepanjang tahun berjalan, serta PT Global Mediacom Tbk (BMTR) yang turun hingga 18,66%. Saham lainnya yang juga berada di sektor otomotif, media, rokok, semen, menara, dan telekomunikasi, mengalami nasib serupa, seperti EMTK, GGRM, HMSP, MTEL, NCKL, MAHA, MNCN, SMGR, INTP, SCMA, TLKM, TOWR, TBIG, dan UNVR.
Sektor-Sektor dengan Potensi Pertumbuhan
Dengan mengetahui saham-saham yang sebaiknya dihindari, Edwin mendorong investor untuk fokus pada sektor-sektor yang memiliki potensi pertumbuhan yang lebih baik. Di sektor perbankan, saham seperti BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, NISP, BRIS, dan BBTN menawarkan peluang menarik. Sementara di sektor retail, investor dapat mempertimbangkan saham ACES dan AMRT.
Di sektor konsumer, terdapat beberapa pilihan menarik seperti MYOR, MAPI, MAPA, ULTJ, CMRY, INDF, dan ICBP. Pada sektor properti, saham yang cenderung menjanjikan antara lain CTRA, SMRA, PWON, BSDE, PANI, dan SSIA. Investor yang tertarik pada sektor unggas dapat melihat JPFA dan CPIN, sedangkan di sektor energi, saham yang potensial seperti MEDC, ADRO, PTBA, ITMG, ELSA, dan PGEO layak dicermati. Selain itu, PGAS, JSMR, AUTO, dan GJTL juga dapat dipertimbangkan.
Target Harga Saham Favorit
Beberapa senior market analyst juga memberikan rekomendasi mengenai target harga untuk saham tertentu. Nafan Aji Gusta dari Mirae Asset Sekuritas mengidentifikasi saham ACES dengan target harga di Rp 1.200, TLKM di Rp 3.700, ASII di Rp 5.925, dan MAPI di Rp 1.925. Di sektor perbankan, saham BBCA memiliki target harga Rp 12.000, BBNI di Rp 6.825, BBRI di Rp 6.500, dan BMRI di Rp 8.800.
Selain itu, Kiwoom Sekuritas menargetkan BBRI di Rp 6.000 dalam jangka waktu tiga sampai enam bulan ke depan. Sementara itu, SMRA ditargetkan di Rp 800 dan BSDE di Rp 1.450. Semua rekomendasi ini menunjukkan adanya perhatian khusus terhadap perusahaan yang memiliki fundamental kuat meski kondisi pasar secara umum masih bergejolak.
Kesimpulan
Dalam menghadapi situasi pasar yang penuh tantangan, investor di Indonesia tetap memiliki banyak pilihan untuk meningkatkan portofolio mereka, terutama dengan mencermati saham-saham dalam indeks Kompas100. Memahami fundamental perusahaan dan sektor yang ditempati menjadi kunci untuk mengambil keputusan investasi yang tepat. Dengan pendekatan yang bijaksana, investor dapat menavigasi melalui volalilitas sambil tetap menemukan peluang pertumbuhan di pasar Indonesia yang dinamis.