PT Schroder Investment Management Indonesia dalam riset terbarunya mengungkapkan proyeksi optimis terkait kinerja pasar obligasi di Indonesia menjelang pergantian pemerintahan baru yang dipimpin oleh Prabowo dan Gibran. Meskipun ada berbagai tantangan yang sedang menghantui, seperti ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan pemilihan umum di Amerika Serikat, namun aliran dana asing ke pasar obligasi Indonesia menunjukkan tren positif.
Aliran Dana Asing Meningkat
Menurut data yang dihimpun, aliran dana asing ke pasar obligasi domestik meningkat sebesar Rp18,3 triliun. Hal ini juga tercermin dari peningkatan kepemilikan asing atas obligasi Indonesia yang melonjak dari 14,5% menjadi 14,7%. Kenaikan ini menjadi indikator kepercayaan investor asing terhadap potensi pasar obligasi Indonesia di tengah berbagai ketidakpastian.
Dalam laporannya, Schroder menegaskan bahwa masuknya aliran dana asing ini didorong oleh kondisi suku bunga di Amerika Serikat yang saat ini bersifat menguntungkan. Suku bunga acuan AS yang diturunkan oleh The Fed dari 5,25%-5,5% menjadi 4,75%-5% berpengaruh besar terhadap pasar obligasi global, termasuk Indonesia.
Penurunan Suku Bunga Acuan Indonesia
Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan respons serupa dengan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 6%, yang merupakan penurunan pertama sejak Agustus 2022. Dengan kebijakan tersebut, BI berharap dapat merangsang pertumbuhan ekonomi domestik sambil tetap menjaga inflasi.
Kondisi Ekonomi Fundamental
Schroder mencatat bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih terjaga. Inflasi yang dapat dikendalikan dalam rentang target BI sebesar 1,5%-3,5% memberikan harapan bagi para investor. Data terakhir menunjukkan bahwa inflasi utama mulai mengalami penurunan, dengan inflasi inti yang tetap rendah, hal ini sangat mendukung kinerja pasar obligasi.”
Di sisi lain, angka-angka ekonomi dari AS yang menunjukkan pelemahan menjadi sinyal positif bagi investor untuk lebih optimis terhadap potensi suku bunga dan mata uang di negara berkembang, termasuk Indonesia. Keadaan ini diharapkan bisa berimbas positif pada arus modal yang masuk ke pasar obligasi domestik.
Risiko Yang Harus Diperhatikan
Walaupun proyeksi Schroder menunjukkan tren yang positif, ada beberapa tantangan yang perlu diwaspadai oleh investor. Salah satunya adalah kondisi transisi politik yang mungkin menyebabkan ketidakpastian terkait kebijakan, serta dampaknya terhadap lintasan fiskal negara mendatang.
Dalam konteks ini, Kementerian Keuangan telah berupaya menawarkan penyangga dalam anggaran fiskal untuk mengurangi dampak jika terjadi perubahan drastis dalam pengeluaran anggaran pemerintahan baru. Namun, jika pengeluaran tidak terencana dalam pemerintahan baru menjadi cenderung meningkat, hal ini dapat memicu penerbitan utang yang lebih tinggi di masa depan.
Obligasi Jatuh Tempo dan Defisit Anggaran
Investor juga harus memperhatikan jumlah obligasi yang akan jatuh tempo dalam dua tahun ke depan (2024 dan 2025). Kombinasi dari jatuh tempo yang signifikan ini dengan defisit anggaran yang lebih besar jelas meningkatkan kewaspadaan investor terhadap pasar obligasi Indonesia. Hal ini juga menciptakan risiko bagi neraca berjalan Indonesia seiring dengan melemahnya harga komoditas dan prospek permintaan eksternal yang cenderung lesu.
Ketegangan Geopolitik dan Tantangan Ekonomi Global
Ditambah dengan ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi di China yang tengah dipertanyakan, serta kontestasi Pemilu AS yang sedang berlangsung, banyak aspek yang dapat memengaruhi kinerja pasar obligasi dalam waktu dekat. Oleh karena itu, para investor diharapkan untuk melakukan evaluasi risiko yang matang.
Kesimpulan
Dengan proyeksi yang optimis dari Schroder Investment Management Indonesia, pasar obligasi Indonesia tampaknya memiliki peluang yang baik untuk tumbuh, asalkan dapat mengatasi tantangan-tantangan yang ada. Dalam konteks ini, kebijakan pemerintah yang akan datang serta respons terhadap dinamika ekonomi global akan menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan investor dan stabilitas pasar obligasi di Indonesia.