Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia menjadi salah satu isu yang sangat krusial, terutama menjelang musim kemarau. Kementerian Kehutanan mengungkapkan bahwa metode water bombing dengan menggunakan helikopter masih menjadi andalan dalam pengendalian fenomena tersebut. Kepala Subdit Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL) Kemenhut, Israr Albar, menekankan pentingnya metode ini sebagai langkah pencegahan dan pemadaman saat menghadapi karhutla.
Pentingnya Water Bombing dalam Pengendalian Karhutla
Dalam sebuah webinar yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Israr menyampaikan bahwa faktor-faktor tertentu membuat water bombing menjadi pilihan utama. Sebaran api yang luas di suatu wilayah sering kali membuat penanganan melalui jalur darat menjadi mustahil. Hal ini sangat bergantung pada kondisi cuaca yang dinamis, terutama saat memasuki musim kering.
"Kondisi cuaca yang mengarah ke kekeringan seringkali menjadi kendala. Oleh karena itu, penanganan karhutla harus dilakukan melalui water bombing," jelas Israr. Metode ini bukan hanya efektif dalam memadamkan api, tetapi juga dapat digunakan untuk tujuan pencegahan dan kegiatan penting kenegaraan.
Biaya yang Terlibat dalam Water Bombing
Namun, biaya yang diperlukan untuk menerapkan metode water bombing cukup tinggi. Menurut Kemenhut, biaya sewa helikopter untuk water bombing berkisar antara Rp80 juta hingga Rp200 juta per jam. Anggaran yang terpaksa dikeluarkan oleh pemerintah untuk penanggulangan karhutla secara nasional pada tahun 2019 mencapai Rp6,7 triliun, dan 70 persennya, atau sekitar Rp3,6 triliun, digunakan untuk sewa helikopter ini.
Tahun | Anggaran (Rp Triliun) | Porsi Sewa Helikopter (%) | Porsi Sewa Helikopter (Rp Triliun) |
---|---|---|---|
2019 | 6,7 | 70 | 4,69 |
Di Sumatera Selatan, contohnya, anggaran untuk pengendalian potensi karhutla mencapai Rp1,2 triliun saat wilayah tersebut menjadi tuan rumah Asian Games. Data ini menunjukkan betapa mahalnya biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk menangani karhutla, dan hal ini menuntut perhatian lebih pada langkah-langkah pencegahan yang lebih efektif.
Pencegahan yang Lebih Efektif
Israr menegaskan, water bombing dan metode lainnya tidak bisa menjadi solusi permanen terhadap karhutla. Solusi yang lebih berkelanjutan adalah meningkatkan kapasitas masyarakat sekitar wilayah rawan terbakar. Melalui pendidikan dan pelatihan, masyarakat diharapkan lebih siap dalam menghadapi potensi kebakaran yang dapat mempengaruhi lingkungan dan ekonomi.
"Pencegahan dan peningkatan kapasitas masyarakat menjadi hal yang perlu diprioritaskan daripada bergantung pada teknologi water bombing yang mahal," kata Israr. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan membekali mereka dengan pengetahuan yang memadai, diharapkan akan tercipta mekanisme pencegahan yang lebih efektif dan efisien.
Kesimpulan
Kementerian Kehutanan terus berupaya menjalankan strategi terbaik dalam pengendalian karhutla di Indonesia. Meskipun water bombing masih menjadi solusi yang efektif dalam situasi mendesak, penting untuk menjadikan upaya pencegahan sebagai fokus utama. Keterlibatan masyarakat dan peningkatan kapasitas menjadi kunci dalam mengatasi permasalahan karhutla yang telah menjadi tantangan bagi banyak negara, termasuk Indonesia.
Di era yang semakin sadar akan keberlanjutan lingkungan, investasi dalam pencegahan dan pengembalian solusi yang menguntungkan bagi masyarakat dan alam seharusnya menjadi prioritas. Dengan cara ini, Indonesia dapat meminimalisir dampak karhutla yang tidak hanya merugikan lingkungan tetapi juga berpengaruh pada kesehatan dan ekonomi masyarakat.