Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Kekalahan Kamala Harris: Apa Dampaknya bagi Perempuan di AS?

Kekalahan Kamala Harris: Apa Dampaknya bagi Perempuan di AS?

by Dika Saputra at 11 Nov 2024 02:56

Pada 5 November 2024, sejarah mencatat bahwa untuk kedua kalinya, Amerika Serikat menyaksikan seorang perempuan dari partai besar mencalonkan diri sebagai presiden dan kehilangan pemilu. Kamala Harris, wakil presiden dan kandidat dari Partai Demokrat, mengalami kekalahan yang serupa dengan yang dialami Hillary Clinton pada tahun 2016. Kedua perempuan tersebut berhadapan dengan kandidat dari Partai Republik, dan hasilnya mencerminkan tantangan yang dihadapi perempuan dalam politik AS.

Analisis Kekalahan

Kekalahan Harris tidak hanya disebabkan oleh perbedaan pandangan politik atau strategi kampanye, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan situasi keuangan yang dialami masyarakat. Menurut jajak pendapat dari Edison Research, banyak pemilih mengutarakan kekhawatiran yang mendalam mengenai kondisi ekonomi yang menjadi justifikasi utama bagi keputusan mereka.

Namun, aspek seksisme yang mengakar di masyarakat juga terungkap sebagai faktor yang lebih kompleks. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters/Ipsos pada Oktober menunjukkan bahwa 55% pemilih terdaftar meyakini bahwa seksisme merupakan masalah utama yang menghambat kemajuan perempuan dalam politik. Hal ini menciptakan ketidaknyamanan bagi sekitar 15% pemilih yang mengaku tidak dapat memberikan suara untuk seorang perempuan sebagai presiden.

Perwakilan Perempuan di Politik AS

Data menunjukkan bahwa meskipun perempuan membuat hingga 51% dari total populasi di AS, partisipasi dan representasi mereka dalam pemerintahan masih jauh dari setara. Saat ini, hanya 28% anggota Kongres negara tersebut yang terdiri dari perempuan, yang merupakan persentase tertinggi dalam sejarah AS. Sekitar 25% dari anggota parlemen diidentifikasi sebagai orang kulit hitam, Hispanik, Asia-Amerika, atau dari latar belakang ras lain.

Penting untuk dicatat bahwa kemajuan dalam representasi perempuan di pemerintahan tidak selalu diikuti oleh perbaikan signifikan dalam aspek lain, seperti kesenjangan gaji. Wanita di seluruh AS masih tertinggal dalam hal remunerasi dibandingkan pria, dengan wanita hanya memperoleh 84 sen untuk setiap dolar yang dihasilkan pria pada tahun 2023.

Sejarah Perempuan dalam Kepemimpinan

Sejarah mencatat bahwa perempuan memiliki peran yang sangat terbatas dalam kepemimpinan politik. Sejak tahun 1984, ketika Geraldine Ferraro dicalonkan sebagai wakil presiden, hingga Harris yang menjabat sebagai wakil presiden pertama pada tahun 2021, terdapat kemajuan yang sangat lambat. Kesenjangan representasi ini menjadi lebih terlihat ketika mempertimbangkan bahwa setiap presiden AS sejauh ini adalah laki-laki.

Kekhawatiran Terhadap Akses Aborsi

Kebijakan mengenai akses aborsi juga menjadi isu penting yang memengaruhi pemilih. Pada tahun 2022, Mahkamah Agung AS menghilangkan perlindungan akses terhadap aborsi, menjadikan negara tersebut salah satu dari hanya empat di dunia yang membatasi hak ini. Hal ini menyentuh langsung pada hak perempuan atas tubuh mereka, menimbulkan gelombang kekhawatiran di kalangan pemilih wanita.

Peranan Perempuan di Dunia Bisnis

Dari perspektif bisnis, analisis terbaru menunjukkan bahwa perempuan masih kurang terwakili di posisi eksekutif. Menurut laporan Pew Research pada tahun 2024, perempuan hanya membentuk 11% dari kepala eksekutif di perusahaan-perusahaan Fortune 500. Bahkan di ruang rapat perusahaan-perusahaan S&P 500, meskipun ada peningkatan sedikit, perwakilan perempuan belum mencapai sepertiga dari total anggota dewan.

Sebuah studi yang dilakukan oleh McKinsey pada tahun 2023 menemukan bahwa perusahaan yang memiliki lebih dari 30% eksekutif perempuan cenderung tampil lebih baik dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki. Hal ini menunjukkan bahwa keberagaman dalam atasan bisa memiliki dampak positif bagi kinerja perusahaan.

Kematian Ibu dan Isu Kesehatan

Isu kesehatan juga tidak kalah penting, di mana AS memiliki tingkat kematian ibu tertinggi di antara negara-negara berpenghasilan tinggi. Laporan Commonwealth Fund pada tahun 2024 mencatat bahwa lebih dari 80% kematian tersebut dapat dicegah. Perempuan kulit hitam, yang berhadapan dengan diskriminasi ganda, tiga kali lebih mungkin mengalami kematian terkait kehamilan dibandingkan dengan perempuan kulit putih. Ketidakadilan ini dikhawatirkan berkaitan langsung dengan akses yang tidak merata terhadap layanan kesehatan berkualitas dan masalah terkait dengan rasisme struktural.

Dalam konteks ini, hasil pemilu di mana Kamala Harris kalah menekankan perlunya perubahan yang lebih mendalam dalam konsep kepemimpinan, baik dalam politik maupun bisnis. Keterwakilan perempuan, baik dalam arena politik maupun di dunia kerja, adalah kunci untuk mencapai keseimbangan yang lebih fair dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Pandangan ke Depan

Meskipun kekalahan Harris tampaknya menjadi langkah mundur bagi gerakan perempuan di AS, yang juga menjadi refleksi lebih luas terhadap struktur sosial dan budaya, banyak yang berharap bahwa perubahan positif akan bersifat jangka panjang. Mereka percaya bahwa dengan meningkatnya kesadaran tentang isu-isu gender dan keadilan sosial, akan ada dorongan yang lebih besar untuk representasi yang lebih baik di masa depan.